KUANTAN SINGINGI, SERUJI.CO.ID – Wakil Bupati Kuantan Singingi Zulkifli menyatakan kesediaan untuk menggalang kepedulian banyak pihak untuk warga setempat bersama keluarganya yang tinggal di gubuk reyot, tidak jauh dari kompleks perkantoran kabupaten setempat.
“Saya prihatin, siap membantu, dan berusaha mengajak banyak pihak memberikan kepedulian,” kata Zulkifli di Kuantan Singigi, Selasa (5/6).
Ia menyatakan tidak wajar ada warga setempat yang tinggal di gubuk tidak layak huni di tengah perkembangan dan kemajuan Kuantan Singigi saat ini.
Ia juga mengharapkan instansi terkait mengambil langkah untuk membantu warga miskin di daerah setempat, antara lain melalui pendataan semua warga yang hidup di garis kemiskinan.
Selain itu, ujarnya, perlunya verifikasi bantuan rumah selama ini apakah sesuai atau tidak dengan sasaran penerimanya.
“Ke depan tidak boleh ada lagi warga yang hidup di rumah yang tidak layak,” katanya.
Seorang Anggota DPRD Provinsi Riau Marwan Yohanes juga mengaku sedih mendengar kabar adanya warga Kuantan Singingi yang tinggal di gubuk di tengah kebun karet karena tidak memiliki rumah.
Ia mengajak masyarakat untuk peduli terhadap sesama di sekitarnya.
“Saya berjanji akan turun ke Kuansing (Kuantan Singingi, red.),” katanya.
Marjono (32), warga Jalan Sukajadi, Kelurahan Sei Jering Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau tinggal bersama keluarganya di gubuk reyot atau pondok kebun yang tidak layak huni. Tempat tinggalnya itu berada di pusat perkotaan setempat dan tidak jauh dari perkantoran bupati setempat.
Awalnya, ia menetap di Pekanbaru. Oleh karena kehidupan perekonomiannya di perantauan makin sulit, Marjono mengajak keluarganya pulang ke tanah kelahirannya di Telukkuantan. Namun, saat tiba di Kuantan Tengah, kehidupan ekonominya belum juga membaik.
Ia mengaku bersyukur bisa pulang ke kampung halamannya, namun setelah berjuang keras mencari penghidupan, perekonomian keluarganya belum juga membaik.
Ia mengaku masih beruntung ada tempat untuk menumpang tinggal di kebun milik seorang anggota aparatur sipil negara Pemkab Kuantan Singingi.
“Saya bersama keluarga hidup di gubuk bukan rumah, bahasa sekarang pondok,” ujarnya.
Ia bekerja membersihkan kebun karet milik warga setempat dan kemudian mendirikan gubuk di tempat itu. Ia tinggal di gubuk itu bersama istrinya, Eva Yuliana, dan empat anak yang masih kecil-kecil.
Hasil kerja di kebun yang dikelolanya itu untuk membiayai kehidupan sekeluarga, meskipun tidak mencukupi. Setiap panen, ia hanya mengantongi Rp200 ribu-Rp400 ribu.
Seorang warga setempat, Asnaldi, mengatakan mereka sekeluarga menumpang tinggal dan mencari penghidupan dengan bekerja di kebun milik orang lain.
“Sekeluarga harus menumpang hidup di kebun milik orang lain,” katanya.
Mereka juga makan seadanya karena penghasilan dari bekerja di kebun itu tidak cukup untuk kebutuhan hidup secara layak.
Ia menilai mereka masih beruntung karena ada warga lain yang prihatin dengan membantu seadanya.
“Namun tetap tidak memadai untuk hidup layaknya seperti masyarakat lain. Ini sangat menyedihkan, di Kuansing yang sudah berkembang masih ada keluarga yang miskin,” katanya. (Ant/SR01)