KAMPAR, SERUJI.CO.ID – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan saat ini potensi ikan di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 15 juta ton atau meningkat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
“Stok ikan kita tahun 2016 sekitar 12,5 juta ton. Hasil asesmen tahun ini mungkin sudah mencapai 15 juta ton lebih,” kata Susi dihadapan ribuan santri Pondok Pesantren Al-Ihsan, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (3/10).
Susi menjelaskan peningkatan potensi ikan di perairan Indonesia tidak lepas dari sikap tegas pemerintah dalam memberantas pencurian ikan serta pelarangan penggunaan trawl atau pukat harimau.
Selama ia menjabat, kata Susi, sebanyak 488 kapal asing yang mencuri ikan secara ilegal di Indonesia telah ditenggelamkan. Kebijakan yang didukung penuh Presiden Jokowi itu, katanya, sukses menekan angka pencurian ikan di laut Indonesia.
“488 kapal kita tenggelamkan. Karena takutnya, 10.000 lebih kapal (asing pencuri ikan) tidak ada lagi di laut kita,” ujarnya.
Ia mengatakan, sejak tahun 1980-an, ribuan kapal asing leluasa mencuri ikan dari nelayan lokal. Kondisi itu terus berlangsung hingga 2013, yang berdampak pada menurunnya jumlah ikan serta sulitnya nelayan lokal mencari ikan.
Alhasil, kondisi tersebut memaksa banyak nelayan, terutama di Pulau Jawa banting setir dari nelayan menjadi buruh di kota-kota besar. Namun, kebijakan tegas yang turut didukung aparat keamanan dengan menangkap kapal asing ilegal serta jargon “tenggelamkan” diakuinya sukses mengembalikan potensi ikan.
Ia pun mengingatkan bahwa Riau pernah menjadi produsen ikan terbesar di Indonesia pada 1990 an.
Produksi ikan itu berasal dari Kota Bagan Siapi-Api, Kabupaten Rokan Hilir. Namun, akibat keserakahan pengusaha ikan dengan menjaring menggunaan trawl, ikan-ikan menjadi habis. Trawl, katanya, sekali jaring mampu menguras hingga 1 ton ikan. Tidak hanya ikan besar, namun juga ikan-ikan kecil.
“Saya ingin ingatkan kepada gubernur, Bagan Siapi-Api, produsen ikan terbesar. Zaman dahulu. Namun karena keserakahan trawl-trawl itu, habislah ikan, ikan kecil tak ada lagi,” urainya.
Untuk itu, Susi mengatakan selain memerangi kapal ikan asing, dirinya turut melarang penggunaan trawl. Sehingga nelayan tradisional dapat dengan mudah kembali mencari ikan, tanpa perlu jauh ke tengah laut. (SR01)