Dinkes Kepri: Masih Banyak Sekolah Tolak Imunisasi MR

208
Tjetjep Yudiana
Tjetjep Yudiana, Kepala Dinas Kesehatan Kepri. (foto:Istimewa)

TANJUNGPINANG, SERUJI.CO.ID – Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menyatakan pemberian Vaksin MR kepada warga usia 9 bulan-15 tahun di wilayahnya mengalami hambatan, karena masih banyak sekolah yang menolaknya.

Kepala Dinsas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Selasa (11/9), mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan petugas yang sampai sekarang tetap semangat memberi Imunisasi MR kepada warga, meski hasilnya tidak maksimal.

“Dipikiran kami bagaimana menyelamatkan generasi muda dari serangan virus campak dan rubella. Imunisasi MR merupakan solusinya, sehingga petugas sampai sekarang tetap bersemangat melaksanakan tugasnya, meski kerap ditolak pihak sekolah,” ujarnya.

Loading...

Tjetjep mengatakan jumlah anak usia 9 bulan hingga 15 tahun yang telah diimunisasi vaksin MR hanya sekitar 30 persen dari 680 ribu orang. Sementara berdasarkan hasil analisis kesehatan, persentase vaksinasi MR yang tidak mencapai 90 persen, tidak membuahkan hasil yang maksimal.

“Dari aspek kesehatan, 60 persen saja yang diimunisasi, percuma, karena masih banyak yang potensial tertular,” ucapnya.

Ia mengingatkan masyarakat bahwa campak dan rubella bukan penyakit yang mudah diobati, karena itu perlu diwaspadai dan diantisipasi sebelum menyebar luas. “Lebih baik mencegah daripada mengobati,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan wilayah ini potensial ditetapkan kejadian Luar Biasa (KLB) akibat penularan campak dan rubella yang meluas. Indikator penyakit campak dan rubella mudah menyebar luas dapat dilihat dari jumlah penderitanya, letak geografis Kepri dan jumlah warga yang sudah diberi vaksin MR.

Saat ini, kata dia jumlah warga Kepri yang terinfeksi rubella sebanyak 114 orang, sedangkan campak mencapai 170 orang. Jumlah penderita campak dan rubella itu diperkirakan lebih dari itu jika dihitung dengan penderita yang tinggal di pulau-pulau.

“Kita semua tentu tidak menginginkannya, tetapi kondisi sekarang membuahkan hasil analisis kesehatan yang memungkinkan terjadi KLB jika tidak segera diantisipasi,” ujarnya.

Tjetjep mengatakan warga asing yang masuk Kepri juga potensial menyebarkan virus campak dan rubella. Saat ini, kata dia sebanyak 40 ribu warga Eropa terjangkit penyakit yang mematikan tersebut.

“Kepri merupakan wilayah tujuan wisata bagi warga asing. Kita tidak mengetahui apakah turis tersebut bebas penyakit itu atau tidak,” katanya.

Dari tiga indikator itu, menurut dia mendorong pemerintah untuk terus mengkampanyekan vaksin MR, dan mendorong pihak sekolah agar mengijinkan petugas mengimunisasi para pelajar. Saat ini, banyak petugas kesehatan yang ditolak oleh pihak sekolah.

“Petugas datang dengan semangat untuk melindungi para generasi muda dari penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan, tuli dan kerusakan paru-paru, tetapi ditolak. Kasihan mereka,” tuturnya. (Ant/SR01)

Langganan berita lewat Telegram
loading...
Loading...
loading...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

BERITA PILIHAN
[vc_row tdc_css="eyJwaG9uZSI6eyJkaXNwbGF5Ijoibm9uZSJ9LCJwaG9uZV9tYXhfd2lkdGgiOjc2NywiYWxsIjp7ImRpc3BsYXkiOiIifX0="][vc_column width="2/3"]

TERBARU

[/vc_column][vc_column width="1/3"][/vc_column][/vc_row]