BATAM, SERUJI.CO.ID – Pertumbuhan industri di Batam bakal terancam dengan adanya rencana kenaikan harga gas.
Hal itu diungkapkan dalam diskusi Kadin Kepri bertema “Membedah Kenaikan Gas”, Senin (17/9) siang di Harris Hotel Batam Centre.
Ketua Kadin Kepri, Makruf Maulana mengatakan rencana kenaikan yang diperkirakan 40 sampai 60 persen itu bisa semakin menghantam pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya Batam.
“Kalau naik 40 sampai dengan 60 persen kami tidak akan diam. Kami akan perjuangkan karena ini bukan cuma berdampak pada pengusaha tapi juga ke masyarakat luas. Kalau harga gas naik, otomatis listrik pun akan naik,” ujarnya.
Menurutnya selain melindungi dunia usaha, penting juga untuk melindungi PLN Batam dari rencana kenaikan harga itu. Agar tidak berdampak luas pada masyarakat. Mengingat selain melayani pelanggan komersial, PLN Batam juga menjadi penyedia listrik bagi masyarakat Batam dan Pulau Bintan.
Rencana kenaikan gas di Kepri disebutkan terjadi karena adanya rencana kenaikan harga di hulu (Conoco Philips) yang akan berpengaruh pada PT PGN sebagai transporter gas.
Kabid Ketenagalistrikan Pemprov Kepri, Marzuki menyebutkan mengenai rencana kenaikan ini pihaknya sudah menerima surat ditjen migas pada 10 September lalu yang menyebutkan adanya penyesuaian harga gas.
Kenaikan harga gas rencananya dilakukan bertahap, untuk tahap pertama sekitar 29 persen, dan pada puncaknya mencapai 49 persen.
“Nanti otomatis listrik baik untuk sosial dan industri pasti berdampak semua. Dari industri saja, ada tiga kawasan industri di Batam yang punya pembangkit listrik dengan sumber gas dari PGN dengan total perusahaan industri manufaktur sebanyak 227 perusahaan dengan total 67 ribu karyawan. Itu ada di Batamindo, Tunas Industri dan Panbil Industrial,” paparnya.
Dampak lainnya, kenaikan gas bisa jadi membuat kawasan industri akan menaikkan biaya operasional bagi perusahaan perusahaan yang ada di sana.
“Jangka panjangnya, industri kita tidak akan kompetitif lagi dibandingkan dengan negara lain. Batam akan jadi kota yang mahal,” ucapnya.
Hal itu sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi Kepri yang memiliki cadangan gas terbesar se Indonesia dan Asia di Kabupaten Natuna. Potensi gas di Natuna disebutkannya mencapai Rp 50 triliun.
“Kepri bahkan pernah diajukan jadi lumbung gas. Kita pernah minta bauran energi, dengan mengkonversi bbm di Kepri ini dengan gas. Makanya Batam juga sempat masuk proyek city gas,” terangnya.
Sementara itu, Sales Area Head PGN Batam Amin Hidayat mengatakan pihaknya menjalankan bisnis sesuai dengan regulasi yang ada.
“Penetapan harga gas itu keputusan pemerintah pusat, baik dalam menghasilkan gas hingga transaksinya,” jelasnya.
Amin pun menyebutkan rencana kenaikan harga itu belum mencapai final.
“Sekarang itu ada diskusi, tapi sampai saat ini belum ada diputuskan kenaikan. Tapi kalau SKK migas bilang tidak mungkin lagi harganya yang lama bertahan. Jadi berapa besaran persen kenaikannya belum ada yang tahu,” tuturnya. (SR01)