
PEKANBARU, SERUJI.CO.ID – Dinas Kesehatan Provinsi Riau menggandeng ulama kondang, Ustadz Abdul Somad atau UAS, untuk mengampanyekan imunisasi campak atau maelses dan rubella (MR).
“Kita juga sudah mengajak Ustadz Abdul Somad untuk berdiskusi dan menyosialisasikan imunisasi MR sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang diperbolehkannya imunisasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Nazir di Pekanbaru, Senin (25/6).
Sebanyak 1.955.658 anak usia sembilan bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun di Provinsi Riau akan mendapatkan imunisasi campak atau maesles dan rubella (MR), mulai bulan Agustus hingga September 2018.
Baca juga: 1,9 Juta Anak di Riau Imunisasi MR Mulai Agustus
Mimi mengakui bahwa di Riau masih ada penolakan dari segelintir warga terhadap imunisasi, karena masih ada pandangan bahwa vaksin yang digunakan mengandung babi sehingga tidak halal bagi umat muslim. Berdasarkan catatan Dinkes Riau, realiasi vaksinasi di Riau jumlahnya juga relatif masih rendah dibandingkan rata-rata nasional, yakni sekitar 79 persen.
Dalam diskusi dengan UAS, lanjutnya, ulama itu sependapat dengan Fatwa MUI bahwa imunisasi diperbolehkan sebagai ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit.
“Jika akan menyebabkan kematian, penyakit berat atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, maka imunisasi hukumnya wajib,” kata Mimi mengulang intisari dari Fatwa MUI tentang imunisasi.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga sudah berulang kali menjelaskan bahwa vaksin MR tidak mengandung babi. Menurut dia, vaksin MR yang digunakan nanti diproduksi oleh perusahaan tanah air, yakni Biofarma yang sudah dinyatakan layak.
“Apalagi negara-negara arab dan Islam sudah melakukan vaksin ini, seperti Mesir, Kuwait, Pakistan hingga Saudi Arabia juga sudah melakukannya,” kata Mimi.
Sementara itu, Ketua Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Riau, dr Riza Iriani Sp.A, perlu ada sosialisasi kepada masyarakat tentang gejala yang bisa timbul setelah vaksinasi MR agar tidak perlu terjadi kepanikan.
Menurut dia, dampak dari vaksinasi itu bisa berupa sakit dan sedikit bengkak pada bekas suntikan, yang merupakan gejala wajar.
Selain itu, anak akan mengalami demam setelah 4-5 hari disuntik. “bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus seperti kelainan daerah, penyakit turunan, dan epilepsi perlu ada pendampingan khusus. Intinya dampak imunisasi tidak akan fatal kecuali anak ada penyakit sebelumnya,” kata dr Riza. (Ant/SR01)