
PEKANBARU, SERUJI.CO.ID – Pelemahan nilai rupiah menghantam industri mie di Kota Pekanbaru, Riau. Industri mie dibuat tak berdaya karena tepung terigu yang menjadi bahan baku utama masih ketergantungan dari gandum impor.
“Bahan baku tepung terigu semuanya impor, karena Indonesia tidak ada gandum. Dan tidak ada sejarahnya mie dibuat selain dari tepung gandum,” kata pemilik pabrik mie Tenaga Muda, Welly Gunawan di Kota Pekanbaru, Rabu (12/9).
Tenaga Muda adalah industri mie skala usaha kecil dan menengah yang produksinya terbesar di Kota Pekanbaru, yakni mencapai dua ton sehari. Usaha yang sudah ada sejak 1970 ini, mayoritas konsumennya adalah UMKM seperti penjual bakso, mie ayam, dan restoran.
Pabrik ini mempekerjakan sekitar 20 orang dan menyuplai kebutuhan mie basah di Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, dan Kampar.
Welly mengatakan harga tepung terigu sudah naik sejak bulan Agustus. Sebelumnya harga untuk satu karung terigu berat 25 kilogram (Kg) harganya Rp127 ribu, atau sekitar Rp5.000/Kg. Kini harganya sudah mencapai Rp133 ribu per karung atau jadi Rp5.320/Kg.
“Kita paham kenaikan ini karena terigu adalah barang impor terkena pengaruh dolar, kita mau komplain apalagi,” ujarnya.
Meski ada kenaikan bahan baku terigu, namun Welly mengatakan tidak bisa menaikkan harga jual mie basah yang kini dibandrol Rp8.000/Kg. Ia mengatakan terakhir kali menaikkan harga sekitar setahun lalu dari sebelumnya Rp7.500/Kg. Sedangkan untuk mie ayam kini berkisar Rp11.000 hingga Rp13.000 per/Kg.
“Kita sangat hati-hati, tidak bisa menaikan harga karena nanti ditinggal pelanggan. Selama kami masih bisa menggaji karyawan, itu sudah cukup,” katanya.
Ia hanya bisa berharap pemerintah bisa menurunkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah agar barang impor bisa lebih murah. Industri mie masih bisa menahan untuk tidak menaikan harga selama tidak terjadi kenaikan harga lainnya yang bisa mempengaruhi produksi, seperti tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
“Kalau kenaikan bahan baku sudah mencapai 30 persen, baru kita berpikir untuk menaikkan harga atau mengurangi produksi mie,” katanya.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu (Aptindo) impor gandum pada 2018 meningkat sekitar 5-6 persen dibandingkan tahun lalu, atau mencapai sekitar 9 juta ton. Tahun lalu, impor gandum mencapai 11,3 juta ton, dimana 8,5 juta ton untuk tepung terigu dan sisanya untuk pakan ternak.
Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pada Rabu (12/9) pagi berada pada level Rp14.885. (Ant/SR01)