
PEKANBARU, SERUJI.CO.ID – Pengamat Politik dan Hukum Tata Negara dari Universitas Riau Dr Mexsasai Indra, mempertanyakan objektifitas hasil survei PolMark Research Center yang mengaku bekerja sama dengan pasangan Syamsuar-Edy Nasution dalam proyek tersebut.
“Problem survei di Indonesia, banyak lembaga menggunakan anggaran dananya berasal dari pasangan calon, sehingga terkadang berpotensi ‘mengganggu’ objektifitas survei yang dilakukan,” kata Pengamat Mexsasai Indra di Pekanbaru, Kamis (21/6).
Padahal, sebut Mexsasai Indra hakikinya sebuah survei haruslah objektif tidak berpihak dan netral.
“Dalam perspektif filsafat ilmu, metode survei merupakan cara untuk mengungkap kebenaran ilmiah, oleh karenanya maka terikat dengan kaidah-kaidah tersebut salah satu diantara persyaratan, yakni harus objektif,” ucap Mexsasai Indra menegaskan.
Dimintai komentar terkait survei yang dilakukan oleh PolMark Research Center, diakuinya walau ada perdebatan diduga keberpihakan, dan datanya karena hasil survei “copy paste” daerah lain, ia tidak bisa menyimpulkan ini fatal atau permainan dan sebagainya.
Intinya masyarakat bisa menilai dan membandingkan sendiri karena mereka sudah tahu dari media.
“Ya saya kira kalau sudah ada proses berupa klarifikasi dari lembaga tersebut, silahkan publik yang memberikan penilaian, karena ada informasi yang berimbang diberikan. Soal apakah lembaga ini ‘orangnya’ Syamsuar saya kira publik bisa menarik kesimpulan,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan sejak lembaga PolMark Reseacrh Center merilis hasil survei yang dilakukan pada 5-11 Juni 2018 bergulir, sebuah posting dari akun Pilkada Riau justru menilai hasil yang dipaparkan tersebut terlihat tidak profesional.
Baca juga: Pilgubri 2018, Polmark: 41,9 Persen Pemilih Belum Tentukan Pilihan
Dari beberapa hasil yang disampaikan, terlihat jelas survei buatan Eep berasal dari “copy paste” surver Pilkada Kota Bandung.
Berawal Rabu (20/6) Lembaga PolMark Reseacrh Center merilis hasil survei yang dilakukan pada 5-11 Juni 2018.
PolMark Indonesia merilis hasil hasilnya, dari elektabilitas duet birokrat dengan militer, Syamsuar-Edy Nasution memimpin di angka 27,4 persen.
Sementara tempat kedua pasangan Firdaus-Rusli Efendi 13,3 persen, ketiga Lukman Edi-Hardianto 8,9 persen dan keempat Arsyandjuliandi Rachman-Suyatno di angka 8,5 persen. Sedangkan masyarakat Riau yang belum menentukan pilihan sebesar 58,6 persen.
Untuk survei popularitas, Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno terbilang unggul di angka 68,8 persen, disusul dengan Syamsuar-Edy Nasution 67,3 persen, sedangkan Firdaus-Rusli Efendi berada di urutan ketiga dengan angka 63 persen dan terakhir pasangan Lukman Edy-Hardianto dengan angka 58,8 persen.
Berdasarkan survei disukai, Syamsuar-Edy Nasution kembali berada di urutan teratas dengan angka 40,3 persen, disusul Pasangan calon nomor 4 dengan angka 29 persen, ketiga pasangan calon nomor 3 dengan angka 27,3 dan pasangan calon nomor urut 2 dengan angka 23,5 persen.
Direktur Utama Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan survei itu dari seluruh data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan 1.200 responden di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Riau.
Dikatakan Eep, PolMark Indonesia dalam Pilkada Riau ini bekerja sama dengan pasangan Syamsuar-Edy Nasution. Namun demikian, survei yang dilakukan secara berimbang dan lebih mengedepankan profesional kerja sebagai jasa konsultasi “political marketing” dari hulu ke hilir.
“PolMark Indonesia ini dibangun sebagai sebuah lembaga penyelenggara jasa konsultasi political marketing yang kompeten, profesional dan kredibel. Jadi apa yang kami paparkan tadi itu bisa dimanfaatkan oleh Palson lainnya, karena masih ada 58,6 persen pemilih bisa diperebutkan suaranya menjelang hari pencoblosan nanti,” tukasnya. (Ant/SR01)