
SIAK, SERUJI.CO.ID – Sejumlah warga dan ormas Melayu di Kabupaten Siak menolak rencana kegiatan “Kirab Satu Negeri” yang digawangi GP Ansor. Bahkan juga menolak kedatangan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil ke Kabupaten Siak.
Selain warga dan ormas yang menolak, keluarga besar kerabat Kesultanan Siak juga menyatakan sikap yang sama untuk menolak kegiatan tersebut.
Dalam keterangan pers yang diterima, Senin (17/9), Kesultanan Siak menolak acara “Kirab Satu Negeri” sebab merasa pihak panitia ingin mengajarkan kebangsaan kepada masyarakat Melayu.
“Jangan ajarkan kami kebangsaan dengan pemahaman kalian, sebab kami orang Melayu Riau dan keluarga kerabat Kesultanan Siak sudah lebih dahulu mempraktikkan kebangsaan dan nasionalisme yang benar dalam kehidupan kami sehari-hari sejak Republik Indonesia ini berdiri,” tegas pihak kesultanan.
Kesultanan juga menolak kehadiran Ketua GP Ansor Yaqut Cholil di bumi Melayu. Alasannya, pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu telah membiarkan persekusi terhadap ulama yang dilakukan oleh Banser sebagai organisasi kepanjangan dari GP Ansor.
“Kami juga tidak mengijinkan Ketua GP Ansor saudara Yaqut Cholil untuk menginjakkan kaki di bumi Melayu selagi tindakan persekusi terhadap dakwah ulama kami kalian lakukan lewat tekanan ormas kalian di Jawa sana,” tegas pihak Kesultanan Siak.
Pihak Kesultanan Siak itu diwakili oleh Tengku Habibie, Tengku Wira Shahab, Tengku Said Eka Nusirhan, dan Tengku Ikhwan Shahab.
Kemudian, Rumpun Melayu Bersatu Laskar Hulubalang Melayu Riau (RMB-LHMR) juga menyatakan sikap menolak kegiatan itu dan juga menolak penggunaan gambar Istana Siak dalam undangan.
“Jelas kami RMB-LHMR menolak kedatangan Ketum Ansor dan kegiatan yang digelar di Siak. Kami juga menolak penggunaan simbol paling sakral di negeri ini, yakni Istana Siak, yang dimuat dalam undangan GP Ansor tersebut. Hemat kami ini tidak pantas dan terkesan melecehkan marwah negeri Istana dan bangsa Melayu,” kata Ketua 1 RMB-LHMR, Andy Bin Usman Yem.
Ia mengatakan, pihaknya siap mengajarkan GP Ansor untuk menciptakan kedamaian di bumi Melayu. Sebab menurutnya, Melayu identik dengan Islam, sedangkan masyarakatnya telah mempraktikkan syariat-syariat Islam sejak ratusan tahun silam.
“Kami berasal dari negara kerajaan Islam bernama Kerajaan Siak Sri Indrapura yang sekarang bergabung dengan nusantara dan kini menjadi Indonesia. Leluhur kami telah banyak berbuat demi merawat kebangsaan di nusantara ini. Maka kegiatan itu menurut kami sebuah pelecehan marwah negeri kami,” kata dia.
Ia juga menyampaikan pepatah Melayu yang diperuntukkan untuk GP Ansor. Seperti, “Jangan sangka air tenang tak ada buaya. Jika Melayu membara, jangankan bulan baru nak mengambang”.
Diketahui, GP Ansor Riau bakal menggelar acara “Kirab Satu Negeri, Zikir Kebangsaan”, Sabtu (22/9) nanti di lapangan Siak Bermadah, depan Istana Siak, Siak Sri Indrapura.
Ketua PW GP Ansor Riau, Purwaji mengatakan, kegiatan itu merupakan rangkaian dari program DPP Ansor yang bertajuk “Kirab Satu Negeri, Munajat untuk Indonesia Damai”. (SR01)