Antisipasi KLB
Gubernur Kepri Nurdin Basirun berharap pemberian vaksin MR di Kepri berjalan lancar, agar anak-anak tumbuh sehat.
“Kami tidak ingin pada 2030, bonus demografi penduduk tidak bisa dimanfaatkan,” kata dia.
Pemerintah kabupaten/kota di Kepri mendukung program imunisasi campak dan rubella melalui penyuntikan vaksin MR yang dicanangkan pemerintah pusat.
Pembukaan program itu dilaksanakan Gubernur Nurdin Basirun, serta seluruh wali kota dan bupati di wilayah itu melaksanakan program nasional tersebut di SDN 001 Sagulung, Batam.
“Program pemerintah pusat yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, tidak boleh dikalahkan dengan imbauan,” katanya.
Kepala Dinkes Kepri Tjetjep mengemukakan vaksin ini untuk mencegah masyarakat dari penyakit campak dan rubella. Program imunisasi vaksinasi MR tidak boleh berhenti untuk kepentingan masyarakat.
“Vaksin MR itu sudah berlabel BPOM, sudah sesuai dengan fatwa MUI tahun 2016. Yang sekarang dihebohkan itu, bukan fatwa MUI, melainkan imbauan MUI kepada pemerintah,” ujarnya.
“Di pikiran kami bagaimana menyelamatkan generasi muda dari serangan virus campak dan rubella. Imunisasi MR merupakan solusinya, sehingga petugas sampai sekarang tetap bersemangat melaksanakan tugasnya, meski kerap ditolak pihak sekolah,” katanya.
Tjetjep mengatakan dari aspek kesehatan, 60 persen yang diimunisasi saja, dinilai percuma dan belum berhasil, karena masih banyak yang potensial tertular.
Ia mengingatkan masyarakat bahwa campak dan rubella bukan penyakit yang mudah diobati, karena itu perlu diwaspadai dan diantisipasi sebelum menyebar luas.
“Lebih baik mencegah daripada mengobati,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan wilayah itu potensial ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat penularan campak dan rubella yang meluas. Indikator penyakit campak dan rubella mudah menyebar luas dapat dilihat dari jumlah penderitanya, letak geografis Kepri dan jumlah warga yang sudah diberi vaksin MR.
Saat ini, katanya, jumlah warga Kepri yang terinfeksi rubella sebanyak 114 orang, sedangkan campak mencapai 170 orang. Jumlah penderita campak dan rubella itu diperkirakan lebih dari itu jika dihitung dengan penderita yang tinggal di pulau-pulau.
“Kita semua tentu tidak menginginkannya, tetapi kondisi sekarang membuahkan hasil analisis kesehatan yang memungkinkan terjadi KLB jika tidak segera diantisipasi,” ujarnya.
Tjetjep mengatakan warga asing yang masuk Kepri juga potensial menyebarkan virus campak dan rubella. Saat ini, katanya, sebanyak 40 ribu warga Eropa terjangkit penyakit yang mematikan tersebut.
“Kepri merupakan wilayah tujuan wisata bagi warga asing. Kita tidak mengetahui apakah turis tersebut bebas penyakit itu atau tidak,” katanya.
Dari tiga indikator itu, menurutnya, mendorong pemerintah untuk terus mengampanyekan vaksin MR, dan mendorong pihak sekolah agar mengizinkan petugas mengimunisasi para pelajar. Saat ini, banyak petugas kesehatan yang ditolak oleh pihak sekolah.
“Petugas datang dengan semangat untuk melindungi para generasi muda dari penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan, tuli dan kerusakan paru-paru, tetapi ditolak. Kasihan mereka,” tuturnya. (Ant/SR01)